Langsung ke konten utama

Iman kepada Rasulallah



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang
Para rasul adalah manusia pilihan yang bertugas menyampaikan ajaran Allah kepada umat manusia. Ajaran Allah yang tertuang dalam kitab-kitab suci Allah disampaikan oleh para rasul. Oleh karenya, iman kepada rasul merupakan kewajiban merupakan kewaajiban bagi manusia yang beriman. Iman kepada rasul berarti beriman kepada Allah SWT. Sebaliknya tidak beriman kepada para rasul berarti juga tidak mengimani Allah SWT .
Beriman kepada rasul berarti percaya dan meyakini apa yang disaampaikan serta percaya akan sifat-sifat luhur yang dimilikinya. Bagaimana kita mencintai para rasul? Disni kami akan membahas bagaimana cara kita mencintai rasul dan meneladani sifat-sifat beliau.

B.     Rmusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian dan pentingnya beriman kepada rasulallah?
2.      Apa dalil yang menunjukkan kebenaran adanya rasulallah?
3.      Apa sifat-sifat rasulallah?
4.      Bagaimana perilaku yang mencerminkan beriman dan mencintai rasulallah?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Agar mengerti pengertian dan pentingnya beriman kepada rasulallah.
2.      Mengetahui bukti kebenaran adanya rasulallah.
3.      Mampu menguraikan sifat-sifat rasulallah
4.      Mampu mengamalkan perilaku yang mencerminkan beriman dan mencintai kepada rasulallah







BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Dan Pengtingnya Beriman Kepada Rasul Allah SWT.
Kata iman berasal dari kata اَمَنَ يُؤْمِنُ   artinya  kepercayaan atau percaya. Secara istilah iman adalah membenarkan dalam hati mengucapkan dengan lisan dan berbuat dengan seluruh anggota badan.  Jadi iman kepada Rasul Allah adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa, Allah telah mengutus Rasul-rasul-Nya agar menyampaikan wahyu Allah pada manusia serta mengajak pada kebaikan dan jalan yang diridhoi Allah. Beriman kepada Rasul juga berarti mempercayai apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat oleh Rasul. Oleh karena itu, orang yang beriman akan berbuat sebagaimana dicontohkan oleh Rasul, sebagai konsekuensinya, orang mukmin  akan mencintai  Nabi Muhammad Saw melebihi cintanya kepada orang tua dan anaknya.  Sesuai dengan sabda Nabi berikut:
حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ح و حَدَّثَنَا آدَمُ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
                                                                                                                         
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ya'qub bin Ibrahim berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu 'Ulayyah dari Abdul 'Aziz bin Shuhaib dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Dan telah menceritakan pula kepada kami Adam berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qotadah dari Anas berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya". (HR. Bukhori Muslim)
Iman kepada Rasul merupakan rukun iman yang ke-4. Seorang mukmin akan mendapat dosa besar  apabila tidak mengimaninya, karena iman kepada rasul hukumnya wajib. Yang sudah dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah, 2 : 177 & 285
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Artinya: bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.

كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ (٢٨٥)
Artinya: Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.

Dari ayat diatas kita bisa memahami betapa pentingnya keberadaan Rasul bagi kehidupan kita, sebab tanpa beliau kita bisa tersesat. Beliau yang menuntun kita pada kunci keimanan dan ketaqwaan pada Allah, Maka kita wajib bersyukur atas nikmat ini.
Allah mengutus seorang rasul bagi tiap-tiap umat manusia. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-qur’an surah An-Nahl ayat 36
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ
Artinya: Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).

Orang yang mensyukuri nikmat adalah orang yang bisa memanfaatkan nikmat tersebut dengan baik sesuai syari’at. Adanya Rasul termasuk nikmat dari Allah, karena dengan adanya beliau kita sekarang bisa hidup tentram dan memiliki aturan yang jelas.
2.      Dalil Kebenaran Adanya Rasul Allah
Sebagai seorang muslim,kita telah mengetahui Rasul yang telah diangkat oleh Allah, yang membawa ajaran-ajaran yang telah Allah berikan  kepada mereka aturan-aturan atau syari’at. Dan mengutus mereka dengan keterangan-keterangan, serta menguatkannya dengan mukjizat.
Berikut ini dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Allah telah mengutus para rasul baik aqli maupun naqli.
a.     Dalil Aqli
1)        Allah menjanjikan pahala bagi hambanya yang taat dan mengancam siksa bagi hambanya yang maksiat dengan siksa. Maka diutuslah nabi untuk membimbing umatnya dan memberitahu mana yang baik dan buruk, mana yang makruf dan mana yang mungkar, sehingga tahu bagaimana yang harus dilaksanakan dan mana yang harus ditinggalkan.
2)        Supaya rasul dapat berkomunikasi dengan umat-Nya secara baik dan menyampaikan ajarannya secara maksimal, maka Allah mengutus rasul-Nya dari kalangan manusia sendiri.
3)        Ketuhanan dan rahmat Allah, keduanya memerlukan pengutusan utusan-utusan dari-Nya kepada makhlukagar mengenal Tuhan, dan membimbing mereka menuju kesempurnaan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
4)        Allah SWT  menjadikan makhluk itu untuk beribadah kepada-Nya dan yang seperti ini memerlukan pemilihan utusan-utusan dan pengutusan mereka, untuk memberikan pendidikan tata cara peribadatan dan ketaatan kepada-Nya.
5)        Adanya pahala dan siksa itu tergantung kepada adanya ketaatan dan kemaksiatan.
b.    Dalil Naqli
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ              
Artinya: Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", (QS. An Nahl)

اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلائِكَةِ رُسُلا وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ                        
Artinya: Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari Malaikat dan dari manusia; Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat.

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُدَ زَبُورًا .وَرُسُلا قَدْ قَصَصْنَاهُمْ عَلَيْكَ مِنْ قَبْلُ وَرُسُلا لَمْ نَقْصُصْهُمْ عَلَيْكَ وَكَلَّمَ اللَّهُ مُوسَى تَكْلِيمًا. رُسُلا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا.
Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud.
Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung[381].
(Mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya Rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

[381] Allah berbicara langsung dengan Nabi Musa a.s. merupakan keistimewaan Nabi Musa a.s., dan karena Nabi Musa a.s. disebut: Kalimullah sedang Rasul-rasul yang lain mendapat wahyu dari Allah dengan perantaraan Jibril. dalam pada itu Nabi Muhammad s.a.w. pernah berbicara secara langsung dengan Allah pada malam hari diwaktu mi'raj.
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
Artinya: Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa.

الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya[1053].

[1053] Maksudnya: segala sesuatu yang dijadikan Tuhan diberi-Nya perlengkapan-perlengkapan dan persiapan-persiapan, sesuai dengan naluri, sifat-sifat dan fungsinya masing-masing dalam hidup.
3.      Nama-Nama Rasul Dan Sifat-Sifatnya
a.    Nama-nama Rasul
Jumlah Nabi dan Rasul sangat banyak, tidak ada seorangpun yang mengetahui pasti jumlahnya pasti, hal itu karena sebagian dicantumkan kisahnya dalam Al qur’an dan sebagiannya lagi tidak. Hadits tentang jumlah Nabi dan Rasul:
Akan tetapi jumlah nabi dan rasul yang wajib diketahui oleh kaum muslimin yang diterangkan dalam Al-Quran ada 25 orang, mereka itu adalah sebagai berikut.
1)      Adam a.s
2)      Idris a.s
3)      Nuh a.s
4)      Hud a.s
5)      Sholeh a.s
6)      Ibrahim a.s
7)      Luth a.s
8)      Ismail a.s
9)      Ishak a.s
10)  Yakub a.s
11)  Yusuf a.s
12)  Ayyub a.s
13)  Zulkifli a.s
14)  Su’aib a.s
15)  Musa a.s
16)  Harun a.s
17)  Dawud a.s
18)  Sulaiman a.s
19)  Ilyas a.s
20)  Ilyasa a.s
21)  Yunus a.s
22)  Zakaria a.s
23)  Yahya a.s
24)  Isa a.s
25)  Muhammad SAW
Di antara para Nabi dan Rasul tersebut di atas ada yang termasuk Ulul Azmi, karena mereka memiliki keteguhan dan kesabaran yang luar biasa dalam menjalankan amanat dan mengemban tugas risalah mereka. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an:
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ
Artinya: Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik.

Nabi dan Rasul yang ulul Azmi itu ada lima, mereka adalah Nabi Nuh as, Nabi Ibrahim a.s, Nabi Musa a.s Nabi Isa a.s, dan Nabi Muhammad SAW. Sesuai dengan QS Al-Ahqaf :7
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
Artinya: Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang menjelaskan, berkatalah orang-orang yang mengingkari kebenaran ketika kebenaran itu datang kepada mereka: "Ini adalah sihir yang nyata".

4.       Sifat-sifat Rasul Allah    
     Dalam menyampaikan risalahnya, seorang rasul selain dibekali dengan wahyu Allah, para rasul sebagai orang yang terpilih juga dibekali dengan sifat-sifat khusus, yang terbagi jadi tiga macam, yaitu sifat wajib, sifat mustahil dan sifat jaiz.
     Macam-macam sifat rasul sebagai berikut:
a.         Sifat Wajib
Sifat Wajib bagi Rasul adalah sifat yang wajib harus dan pasti dimiliki oleh seorang rasul. Adapun sifat-sifat wajib itu ada empat :
1)        Siddiq (benar)
2)        Amanah (dapat dipercaya)
3)        Tablig (Menyampaikan)
4)        Fathonah (cerdas)
b.        Siat Mustahil
Sifat mustahil bagi rasul adalah sifat yang tidak boleh dan tidak mungkin terdapat pada diri seorang rasul. Adapun sifat sifat yang mustahil dimiliki oleh rasul ada empat :
1)        Kidzib (berdusta)
2)        Khianat ( tidak dapat dipercaya)
3)        Khitman (menyembunyikan)
4)        Baladah ( bodoh)
c.         Sifat Jaiz
I’rodhul Basyariyah. Sifat jaiz bagi rasul adalah sifat-sifat rasul yang juga terdapat atau dimiliki oleh manusia pada umumnya seperti makan, minum, berkeluarga, bekerja, dan sebagainya.
5.        Perilaku Yang Mencerminkan Beriman Kepada Rasul Allah SWT.
Keimanan kepada Rasul harus dapat diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mencerminkan keimanan kepada rasul. Adapun perilaku yang mencerminkan keimanan kepada rasul adalah sebagai berikut:
a.       Tidak boleh membedakan antara rasul yang satu dan yang lainnya.
Maksudnya kita wajib mengimani bahwa semua rasul Allah SWT adalah benar-benar utusan Allah SWT serta meyakini bahwa Nabi Muhammad Saw adalah rasul terakhir sampai hari kiamat nanti.
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Artinya: Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami hanya tunduk patuh kepada-Nya".

b.      Mengikuti ajarannya dengan sepenuh hati.
c.       membiasakan diri berlaku jujur terhadap siapapun.
d.      berusaha untuk dapat menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.
e.       Memiliki etos kerja yang baik, melaksanakan tugas yang yang dipikul pada dirinya, dan sesuai kemampuan yang dimiliki secara maksimal.
f.       Berperilaku sesuai syari’at islam akan melahirkan akhlaq yang baik pada diri seseorang.
g.      Berusaha untuk memiliki kepekaan dalam menghadapi persoalan sehingga dapat mengatasi secara tepat, baik, dan sesuai pertimbangan akal sehat.

















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
a.         Iman kepada Rasul Allah adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah telah mengutus Rasul-Rasul-NYA agar menyampaikan wahyu Allah pada manusia serta mengajak pada kebaikan dan jalan yang diridhoi Allah.
b.         Beriman kepada Rasulallah hukumnya wajib. Sesuai dengan firman-Nya  dalam QS. Al-Baqarah/2 ayat 285)
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Artinya: Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", (QS. An Nahl)
1)   Sifat wajib Rasullullah
a)    Siddiq
b)   Amanah
c)    Tablig
d)   Fathonah
2)   Sifat Mustahil Rasullullah
a)    Kizib
b)   Khianat
c)    Kitman
d)   Baladah
3)   Sifat Jaiz Rasullullah
I’radhul Basyariyah.
c.         Perilaku Yang Mencerminkan Beriman Kepada Rasul Allah SWT
1)      Mengikuti ajarannya dengan sepenuh hati.
2)       membiasakan diri berlaku jujur terhadap siapapun.
3)      berusaha untuk dapat menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.
4)      Memiliki etos kerja yang baik, melaksanakan tugas yang yang dipikul pada dirinya, dan sesuai kemampuan yang dimiliki secara maksimal.
5)      sesuai syari’at islam akan melahirkan akhlaq yang baik pada diri seseorang.
6)      Berusaha untuk memiliki kepekaan dalam menghadapi persoalan sehingga dapat mengatasi secara tepat, baik, dan sesuai pertimbangan akanl sehat.




DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,Junaidi. Ayo memahami aqidah dan akhlak untuk MTs/SMP islam kelas VIII . Jakarta: Penerbit Erlangga. 2009.
Tim penyusun Mts. Aqidah Akhlaq untuk MTs. Nganjuk: Jawa Pos. 2014.
Hanafiah dkk. Aqidah Akhlaq untuk MTs. Klaten: Sinar mandiri. 2006
Team penulis TAQWA. Aqidah akhlak 8 Madrasah Tsanawiyah. Sragen: Akik Pustaka. 2010.


















 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

pengertian PTK

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas 0leh Kelompok 2: Ana Nur Afni Aulya Ari Susana Durrotul Faridah Maria ulfah Siti Rahmawati Dosen pengampu: Khudriyah MPd. PRODI S-1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL URWATUL WUTSQO – JOMBANG 2016 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu cara memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru. Praktik PTK dapat dilakukan secara efektif oleh setiap guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Prakti PTK yang dilakukan secara logis dan sistematis, serta jujur dalam pelaporannya akan meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran yang secara langsung akan berdampak terhadap perbaikan manajemen sekolah secara keseluruhan. [1] Tugas guru dituntut untuk selalu memperbaiki sistem maupun kegiatan pembelajaran agar bisa efektif dan efisien, salah satu cara dengan m

EDISI MUKTAMAR PUISI BERKOAR

mengais sisa-sisa sejarah nyata yang terbuang dari sedikit banyak yang terjadi di muktamar jombang yang kini telah jadi bahan berbincang dari yang hanya sekedar berlalu sampai yang terus terngiang-ngiang untuk menghormati muktamar jokowi terlihat gusar meskipun sarungnya anyar karna jokowi terlihat gak sangar menurut sebagian kiyai muktamar telah dinodai oleh beberapa oknum priayi yang mencoba memperkaya diri tersiar kabar dari dalam muktamar si penyandang gelar makin berkoar ketika si "qohar" mengajak bersabar karna sidang pleno gk berjalan lancar mungkin yang salah panitia mungkin juga para pesertanya itu muktamar apa pasar raya kok saling berkoar dimana-mana konon katanya bergelar YAI tapi kok makin lupa diri mungkin ada satu kursi yang tak terisi kursi singgasana Ilahi robbi takbir dan sholawat sih berkumandang bahkan ada yang asyik berdendang ternyata ada satu yang kurang SANG PERENCANA tidak diundang

Hadits shahih, Hasan dan Dhaif

BAB II PEMBAHASAN A.     Hadis Shahih 1. Pengertian hadits shahih Shahih secra etimologi adalah lawan dari saqim ( sakit ). Sedangkan dalam istilah ilmu hadits, hadis shahih berarti : مَااتٌصَلَ سَنَدُهُ بِنَقْلِ اْلعَدْلِ اْلضٌا بِطِ عَنْ مِثْلِهِ اِلَىَ مُنْتَهَا هُ مِنْ غَيْرِ شُذُوْذٍ وَلاَعِلَّةِ. Hadis yang berhubungan ( bersambung ) sanad-nya yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, dhabith, yang diterimanya dari perawi yang sama ( kualitasnya ) dengannya sampai kepada akhir sanad, tidak syadz dan tidak pula ber-‘illat. [1] Ibn al-shalah mendefinisikan hadis shahih sebagai berikut: Yaitu hadis musnad yang bersambung sanad-nya dengan periwayatan perawi yang adil dan dhabith, ( yang diterimanya ) dari perawi ( yang lain ) yang adil dan dhabith hingga ke akhir (sanad – nya, serta hadis tersebut tidak syadz dan tidak ber-‘illat. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa suatu hadis dapat dinyatakan shahih apabila telah mem e nuhi kriteria tertentu. Krit