Hujan malam ini membasahi jiwa, gemuruh guruh membuatku gentar. Rasa kantuk telah menyelimutuku, tapi mata ini tak ingin dipejamkan. Aku bersama sahabatku. " Fie.." Ujar temanku " Ada apa riz . . .?? " jawab ku perlahan sambil terus mencoba memejamkan mata. " Aku benci . . .banget sama Ficha . . . Napa sie dia itu seneg banget kalau buat aku marah? " curhatnya " Ea . . . aku sie gug tau. tapi sifat Ficha emang udah dari sananya kaya' githu. ya udahlah sabar aja.." " Enteng banget kamu ngomong kaya' githu, kamu emang ga' akan pernah nyerasain apa yg aku rasakan fie . . . makanya kamu bisa ngomong kaya' githu" jawabnya lalu pergi meninggalkan au sendiri.setelah itu au mencoba memejamkan mata lagi dan au berhasil memasuki alam mimpi. keesokan harinya aura riza udah beda banget. tapie dia masih marah ma au, au hanya bisa diam. dia bercanda dg teman-temannya dg ceria. au heran bukan cuma sekali au
hidup hanyalah panggung sandiwara, maka jadilah pemain terbaik, jangan hanya naik panggung untuk mendapatkan tepuk tangan tapi jadilah pemain terbaik yang akan selalu di kenang dengan ikhlas