Hujan malam ini membasahi jiwa, gemuruh guruh membuatku gentar. Rasa kantuk telah menyelimutuku, tapi mata ini tak ingin dipejamkan. Aku bersama sahabatku.
" Fie.." Ujar temanku
" Ada apa riz . . .?? " jawab ku perlahan sambil terus mencoba memejamkan mata.
" Aku benci . . .banget sama Ficha . . . Napa sie dia itu seneg banget kalau buat aku marah? " curhatnya
" Ea . . . aku sie gug tau. tapi sifat Ficha emang udah dari sananya kaya' githu. ya udahlah sabar aja.."
" Enteng banget kamu ngomong kaya' githu, kamu emang ga' akan pernah nyerasain apa yg aku rasakan fie . . . makanya kamu bisa ngomong kaya' githu"
jawabnya lalu pergi meninggalkan au sendiri.setelah itu au mencoba memejamkan mata lagi dan au berhasil memasuki alam mimpi.
keesokan harinya aura riza udah beda banget. tapie dia masih marah ma au, au hanya bisa diam. dia bercanda dg teman-temannya dg ceria. au heran bukan cuma sekali au di kaya' giniin ama dia tapie udah berkali-kali.Riza sedang termenung di depan kamar, au mencoba menghampirinya tapi apa yg aku dapat dia malah marah-marah.Au putuskan untuk menjauh, lalu Riza di hampiri olech Ichda. Dia ga' marah-marah ma Ichda.Batinku bicara sendiri"Apakah au ini bukan seorang sahabat yg baik?? Apakah ini yg dinamkan sahabat??" Aku berlari munuju lantai atas mencari ketengan.Aku terduduk dan menangis" Fie, ue knp?? ga' biasanya ga' biasanya kamu nangis, Riza mana?? Tanya Difa."Fa ... apa sich yang dinamkan sahabat itu..?? apa sahabat hanya di butuhkan saat dia marah.atau emosi saja??" tanyaku masih dg menatap langit.
"Ada ap sie fie..???
"Jawab aja fa.. apa emang benar kaya' githu??"
"Sahabat itu salalu ada untuk kita saat kita senag atau susah, bukan cuma marah doang.."
" Apa au ini bukan sahbat yg baik fa..?
di sela-sela pertanyanku Riza datang dengan memegang kepalanya, au mengusap air mataku.
" Kamu kenapa Ri..?? " tanyaku mencairkan suasana.
"gx papa .." jawabnya ketus sambil membaringkan badannya.Dia memegang kepalanya semakin kuat.
au bingung, au juga tau apa yang harus au lakukan au mencoba melakukan berbagi cara sampai dia terlelap. Jam 3 Riza bary bisa memejamkan matanya.au masih termenung dalam sadarku, au mencoba
au mencoba membunuh semua prasangka yg au rasa sampai adzan subuh di kumandangkan mata ini baru terpejam. Keesokan harinya Riza sudahbaikan, dia menuju kamar Ichda, tak ada sepatah katapun yang dia lontarkan padaku, au serasa ingin menumpahkan air mata. Aku masuk kamar dan kembali menangis.Difa menghampiriku "Fie, udahlah jangan nangis terus, kamu sahabat terbaik yang pernah au lihat.Kamu rela gax tidur demi dia, kamu slama ini rela di marahi, di bentak" ma dia, tapie dia aja yang gax pernah sadar dan bisa ngerti...," ujar Difa menenangkanku" . "tapie fa, kenapa harus aku, kamu lihat tadie malam , apa Ichda ada saat Riza kaya' gitu?? ga' kan, au fa yg ada saat selalu seperti itu, dan itu bukan yg pertama kali, tapi udah berkali-kali.Au ga' mau lagie Fa diginiin tyuz, mendingan au gx poenya sahabat selamanya.."jawabku dg suara bergetar. difa keluar dari kamar entah apa yang dia lakukan,tak lama dia kembali. " Fie,, mungkin kamue beluem tau apa sahabat yg sebenarnya, sahabat itu indah Fie..,". Difa berkata sambil mengelus bahuku. "Ga' Fa, sahabat itu gx pernah ada. mungkin kamu belum merasakan pahitnya punya sahabat" . Mulai saat itulah Arfina tak mau lagie mengenal kata sahabt dan tak ingin lagie poenya sahabat. The and.
Komentar
Posting Komentar